Jumat, September 9

TEORI ANTROPOLOGI I: SUATU REVIEW


           Sebelumnya, ketika saya diberikan tugas untuk me-review buku karangan Koentjaraningrat yang berjudul “sejarah teori antropologi I”, dari bapak Trisnu, Dosen Antropologi dari Unnes Semarang, saya sempat bingung. Betapa tidak, saya harus membaca secara keseluruhan materi buku tersebut kemudian memahaminya dan selanjutnya menganalisis. Hal ini adalah sesuatu yang masih sangat baru buat saya, dan saya pun masih dalam tahap belajar. Namun, saya tetap berusaha semaksimal mungkin. Menghasilkan yang terbaik, demi peningkatan pemahaman saya, demi kemajuan pola pikir saya. Setelah dalam beberapa hari membaca buku ini, meskipun masih tersendat-sendat karena butuh pemahaman yang dalam, akhirnya saya mencoba untuk mengkajinya melalui bahasa saya sendiri, yang saya utarakan dalam bentuk tulisan.
Dalam buku karangan Koentjaraningrat secara mendetail telah dipaparkan beberapa pokok bahasan dan khususnya pokok bahsan tentang kerangka teori-teori dalam ilmu antropologi. Setelah membaca teori tersebut, awalnya susah, namun kemudian saya menjadi tertarik untuk memahaminya lebih lanjut. Ini dikarenakan, dengan penggunaan teori-jteori ini kita dapat menelaah kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat berserta kebudayaan yang dimilikinya. Ada banyak teori dalam buku tersebut, maka dari itu akan saya bahas pula secara runtut dibawah ini.
Selain itu, dari hasil review ini, saya menemukan beberapa permasalahan yang membuat saya kurang pahamb dan membuat beberapa pertanyaan didalamnya. Mungkin karena tingkat pemahaman saya yang kurang atau memang bahasa yang digunakan terlalu tinggi.  Maka dari itu, untuk lebih jelasnya, dapat dibaca sebagai berikut. Namun, sebelumnya, saya awali dengan ruang lingkup dan dasar antropologi dulu, sebelum membahas teori-teori yang lebih mendalam.


RUANG LINGKUP DAN DASAR ANTHROPOLOGI

Ruang lingkup atau dasar antropologi merupakan suatu paparan langkah awal untuk mencapai suatu pengertian lanjutan tentang bagaimana bentuk dan cara kerja ilmu ilmu antropologi yang pada dewasa ini ilmu antropologi menjadi bagian dari ilmu yang digeluti dalam dunia pendidikan. Mengawali pemahaman kita bahwa Ilmu antropologi merupakan integrasi dari berbagai ilmu yang mengkaji secara komplek tentang makhluk anthropos atau manusia, proses integrasi mulai berkembang kira-kira permulaan abad 19 yang lalu, integrasi mulai mencapai kongrit dimulai pada saat para tokoh antropologi dari negara Ero-Amerika mengadakan suatu international symposium on anthropogy tahun 1951 untuk meninjau kegiatan ilmiah yang pernah dicapai ilmu anthropologi yang berimplementasi menghasilkan karyay-karya berbentuk buku.
Ilmu yang dianggap dinamis dan mempunyai segi praktis yang menyebabkan masing-masing negara memakai ilmu antropologi sesuai proporsi kebutuhan yang berlandaskan idiologinya yang dipahaminya, begitupun dengan metode dan teori yang dianggap belum mencapai stabilisasi yang menyebabkan metodologi dan teorinya sangat terpengaruh oleh penerapan praktisnya.
Untuk dapat mencapai pengertian ruang lingkup dan dasar antropologi yang belum mencapai stabilisasi ini, maka ilmu yang menjadi pangkal antropologi dan garis besar yang mengintegrasikan ilmu-ilmu pangkal tadi di pelajari dalam penerapanya diberbagai negara yang berimplikasi untuk dapat mengetahui apakah sebenarnya arti ilmu antropologi bagi pembangunan masa kini.


BAHAN TENTANG ADAT-ISTIADAT BANGSA-BANGSA DI LUAR EROPA

Penulisan tentang adat-istiadat bangsa-bangsa asing dapat di temukan dalam semua peradaban sejarah manusia sejak zaman purba orang Yunani seperti Herodotus kemudian cina pada zaman kebesaranya demikian pula bangsa Arab. Yangsudah memulai menghasilkan karya-karya berupa diskripsi tentangadat-istiadat bangsa-bangsa. Namun hasil temuan ini tidak banyak berpengaruh laihir dan berkembangnya imu antropologi.
Antropologi mulai berkembang setelah orang eropa mengadakan ekspedisi keluar Eropa dandalam perjalananya telah banyak mencatat segala temuan berupa bentuk-bentk masyarakat suku bangsa penduduk pribumi di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika. Dalam ekspedisinya para musafir bangsa Eropa yang bersamaan dengan penyebaran agama memantapkan kekuasaanya dan memperluas kekuasaanya didaerah-daeah jajahanya.
Deskripsi tentang penemuan-penemuan bangsa Eropa ini, karanganya di anggap kurang dangkal dan teliti karena dianggap hanya mendeskripsikanpada  temuan-temuan yang menurut bangsa Eropa aneh.karangan-karangan yang meukiskan masyarakat dan kebudayaan bangsa di luar Eropa banyak berasal dari pegawai pemerintah jajahan, sebagai contoh Indonesia pada waktu dalam masa penjajahan inggris kepala pemerintahan jajahan inggris banyak menulis suku bangsa orang indonesia yang paa kesempatan lain antropologi digunakan untuk meneliti masyarkat indonesia guna kepentdingan kapitalis oleh bangsa penjajah saat itu, begitupun dengan Belanda yang banyak mendeskrisikan masyarakat dan kebudayaan bangsa indonesia.
Banyak karangan dan buku yang di tulis oleh para pelaut, musafir, penyiar agama nasrani dan para penjajah yang banyak mengandung bahan tentang adat istiadat bangsa-bangsa yang telah di lewati. Seiring dengan itu ikut tercatat keterangan ciri-ciri fisik serta bahasa yang diucapkan oleh bangsa-angsa di luar Eropa disebut bahan Etnografi yang terhimpun dan tersimpan diperpustakaan-perpustakaan Eropa. Disamping diskripsi catatan-catatan ikut pula benda-benda kebudayaan diambil dibawa ke Eropa ikut serta pula koleksi tengkorak-tengkorak dari berbagai macam Ras dimuka bumi. benda-benda yang seiring disebut sebagai Etnografika. Yang pada mulanya terkumpul dalam istana-istana dan koleksi para pedagang kaya, maka timbul untuk mengorganisasi musium-musium Etnografi unruk yang pertama.


ETNOGRAFI DAN MASALAH ANEKA WARNA MANUSIA

Sikap orang Eropa yang muncul membaca karangan etnigrafi dan meliahat etnografika yang dalam berbagai musium dieropa, stidaknya ada 3 pandangan mengenai. masyarakat dan kebudayaan manusia. Pandangan yang partama sering kali disebut pandangan poligenesis bahwa ciri-ciri fisik yang ada dikarenakan karena makhliuk manusia diturunkan dari bebrapa makhliuk induk, yang menganggap kebudayaan kaukasoid lebih unggul dari ras yang lain. Pandangan yang kedua dikenal dengan monogenesis yaitu pandangan yang percaya akan keturunan dari satu induk yang yang terbagai menjadi sub pandangan, sub pandangan yang pertama seluruh manusia adalah keturunan nabi Adam yang dianggap degenerasi yang membagi aneka warna dari yang tertinggi sampai yang kerendah, sebaliknya ada juga sub pandangan yang berkeyakinan bahwa lakhluk tidak mengalami degenerasitetapi kemajuan.kedua pandangan ini bersifat Eropa sentris yang mengangap bahwa semua bangsa diluarErop erupakan keturunan Nabi Adan, sebaliknya aada pandangan Eropa merupakan bangsa yang lebih dahulu mengalami kemajuan.
Eropa mengalami masa renaissance dengan ditandai dengan kebangkitan kembali dari studi kasusastraan yunani dan rum klasik yang menimbulkan rasionalisme yang menyebabkan kemajuan tekhnoogi bangsa Eropa yang kemudian pandangan itu dijiwai suatu zaman dalam sejarah bangsa Eropa dengan nama “Zaman auflarung “.
Ilmu anatomi sudah lama mendapati perhatian dari para filsafat yunani yag mulai menggunakan tengkorak-tengkorak dari ras-ras bangsa lain sebagai bahan komparatif penelitian anatomi, lalu muncul berbagai karangan yang mengandung etnografi tentang ciri fisik manusia. Yang mana dianggap sebagai awal muncul ilmu antroologi fisik sebagai ilmu baaru, kemudian hal inipun didukung  sebagaian universitas besar dieropa yang menyajikankuliah-kuliah dalam ilmu antropologi fisik.
Pada zaman aufklarung yang di anggap di pengaruhi oleh kemajuan dalam tubuh ilmu,merka mengagumi ilmu eksak karena dianggap yang secara induktif membentuk generelisasi-generalisasi yang mantap yang berimplementasi kearah perumusan-perumusan kaidah alam yang di pakai manusia untuk menguasai alam itu sendiri. Maka sejalan dengan itu  para filsafat sosial dari zaman aufklarung banyak menjalankan metodologi ilmiahnya mengenai ketertatikanya akan beberapa gejala sosial dimasyarakat yang ada,  yang kemudian masalah-masalah inipun sampai saat ini manjadi topik-topik yang penting dalam ilmu antropologi dan sosiologi. Para cendikiawan ini memandang masyarakat sebagai suatu simbiosis yang menjadi suatu sistim yang kuat. Cara pandang yang mash dipaakai antropologi sampai saat ini, lalu para cendikiawan megungkapkan bahwa masalah-masalah sosial dapat di teliti secara induktif layaknya sebuah ilmu eksakyang dipercaya akan menghasilkan penemuan kaidah tentang sosial.yang selanjutnya dapat dipakai untuk mengatur ataupun merobohkan masyarakat sekehendanya.cara berfikir secara rasional seperti itu menyebabkan berkembangnya aliran positivisme dalam filsafat sosial.
Filsafat sosial dengan tokoh auguste comte yang menerapkan metode positivisme tersebut dan ditawarkan melalui metodologi ilmiah umum yang artinya dapat di terapkan kedalam ilmu pengetahuan yang ada. yang mencari,menganalisa dan mendeskripsikan hubungan dengan gejala yang ada secara eksak dengan rumus-rumus dalam ilmu pasti.
Penerapan metodologi positif terhadap gejala-gejal masyarakat menyebabkam berkembangnya aktivitas-aktivitas ilmiah yang oleh comte disebut ilmu sosiologi yang kemudian terbagi menjadi dua sub-ilmu yang pertama mempelajri hubungan-hubunagn dan gejala-gejala dalam masyarakat dan yang kedua mempelajari perubahan dalam hubungan-hubungan masyarakat tersebut. yang perubahan itu disebabkan karena cara pikir manusia mengalami perubahan yang di bagi menjadi tiga yaitu berfikir secara teologi yang paercaya segala sesuatunya bersumber dri kehendak tuhan, secar metafisik yakni percaya terhadap kekuatan gaib atau abstrk, yang terakhir  berfikir secara ilmiah yang mulai mengkhususkan kepada analisa. Ketiga tahap tadi sering kali tidak berkembang secara bersamaan,yang mengakibatkan adanya perbedaan masyarakat maju dan terbelakang.
Masalah aneka dan bahasa sejak dahulu mendapati  perhatian para ahli kasusastraan, yang kenudian melakukan penelitian komperatif terhadap bahasa-bahasa didunia. Akibat penemuan tadi menimbulkan ilmu perbandingan bahasa yang menggolongkan bahasa-bahasa di daerah-daerah luas menjadi sebutan tersendiri seperti Indi-German, Ural-altai. Catatan atau daftar kat-kata hasil temuan para ekspedisi hampir tidak mendapat perhatian karena perhatian hanya berpusat pada bahasa Indi-German. Baru pada akhir abad ada beberapa ahli yang mengelola bahan catatan dari perjalanan tersebut seiring peneliian-penelitian serupa timbul ilmu etnolinguistik.
Muncul tokoh C Darwin dalam konsep evolusi dalam ilmu bioliogi yang dalam ceramah dan bukunya mengatakan bahwa semua bentuk hidup dan jenis makhluk yang kini ada di dunia itu, dipengaruhi oleh proses ilmiah berevolusi dari bentuk yang sederhana sampai bentuk yang paling komplek yang terus menerus berkembang dalam jangka ratusan tahun yang menjadi makhluk yang paling komplek seperti kera dan manusia. Namun pendapat ini banyak di tentang oleh berbagai pihak yang menganggap bahwa gagasan  tersebut gagasan orang kafir. Diamping Darwin ahli biologi lain A> Wallecejuga mengembangkan gagasan evolusi makhluk meskipun lebih menekankan paa proses seleksi alam dalam penentuan jenis fisik dan jenis yang baru dalam proses evolusi pada dasarnya tidak banyak terdapat perbedaan dari kedua ahli biologi tersebut.
Penelitian terhadap aneka warna manusia para ahli anatomi, biologi dan fisiologi kepada asal mula manusia yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan tidak dapat menemukan jawaban dengan pasti mengenai asal mula manusia lalu muncul penelitian geologi mengenai hubungan lapisan bumi dengan fosil-fosil manusia berpijak dari penelitian tersebut timbul perspektif baru diantara para ahli mengeni umur makhluk manusia yang menganggap bahwa manusia sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
Dengan adanya penelelitian asal mula manu  ersebut dengan menganalisa dan membadingkan fosil yang tekandung dalam lapisan bumi manghasilkan ilmu baru yang termasuk bagian dari ilmu antropologi fisik dengan sebutan nama Paleontropologi yang bertujuan mencapai pengertian mengenai asal mula dan evolusi makhluk manusia.aktivitaspun berlanjut sampai pada pengumpulan benda kebudayaan yang didapat dari lapisan-lapisan bumi.kemudian berdampingan dengan kemajuan ilmu Geologi dan Paleontropologi, mulailah aktivitas peneliltian dari suatu ilmu yang baru yaitu Prehistori berupa penggalian-penggalian terhadap benda-benda bekas alat-alat manusia dari zaman batu tua, zaman batu madya dan zaman batu bara.
Lembaga Societe Etnologique dan the Ethnological kedua lembaga itu mempunyai tujuan yang kurang lebih sama yaitu menjadi pusat atau pengumpulan dan studi dari bahan etnografi. Istilah etnology yang menjadi nama dari lembaga-lembaga tersebut berarti “ pengetahuan “ atau “ ilmu tentang bangsa-bangsa “ yang tergambar dalam analisis dan deskripsi-deskripsi dari ciri-ciri fisik, bahasa, kebudayaan dan aneka warna manusia yang hidup tersebar di dunia. Kemudian lmu-ilmu etnologi diterima secara resmi dalam dunia perguruan tinggi. Yang pada tiga dasawarsa yang lalu terdesak denagan istilah soiologi maupum antropologi.


TEORI-TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN

Konsep evolusi sosial universal H Spencer semua karyanya berpijak pada konsepsi baghwa seluruh alam itu baik yang berwujud nonorganis, organis maupun superorganis didorong oleh kekuatan mutlak, yang dilukiskan proses diantara evolusi universal diantara semua bangsa didunia.dalam bukunya Descriptive Sociology spencer dianggap hanya memberi landasan dan ilustrasi dari konsep dan teori tentang azas-azas dari evolusi masyarakat dan kebudayaan seluruh umat manusia yang tercantum dalam karya pokoknya,.
Teotri Bachofen tentag evolusi bentuk keluarga menjadi terkenal dalam ilmu antropologi karena telah mengembangkan teori tentang evolusi hukum milik dan hukum waris dalam keluarga.  Dalam bukunya yang menuturkan bahwa diseluruh dunia keluarga manusia berkembang melalui empat tahap evolusipada zaman yang telah lampau ada keadaan promiskuitas yaitu dimana manusia hidup layaknya binatang berkelompok, masyarakatnya tidak mengenal nilai dan norna, manusia yang bebas berhubungan,yang  tingkat ini dianggap sebagai tingkat pertama dalam perkembangan manusia, sampai saatnya muncul kesadaran hubungan antara ibu dan anak sebagai suatu kelompok keluarga inti tetapi yang tidak mengenal ayahnya, dalam hal ini ibu sekaligus menjaid kepala keluarga dan dari saat itu keluarga ibu tadi menjadi luas karena untuk keturunan kelanjutanya berdasarkan garis ibu maka timbul suatu keadaan masyarakat yang olh para sarjana disebut sebagai matriachate  yang dalam hal ini menjadi tingkat dua dalam perkembangan manusia,kemudian pihak pria tak puas dengan keadan seperti ini lalu mengambil calon-calon istri untuk di bawa kekelompok mereka sendiri. Dngan demikian keturunanya tetap jatuh dalam kelompok pria yang lambat laun dikenal sebagai Patriarchate  ini merupakan tinkat ketiga, tingkat terakhir ketika terjadi pernikahan di luar  kelompok menyebabkan anak mempunyai hubungan dengan bapak dan ibi. Patriarchate lambat launhilang dan berubah menjadi suatu susunan kekrabatan yang disebut bachofen sebagai susunan Parental.
Lewis H.Morgan memberikan sumbangan yang besar kepada ilmu antropologi pada umumnya yang mengupas semua sistim kekerabatan dari semua suku bangsa yang ada didunia, yang masing-masing berbeda bentuknya berawal dari gejala adanya pearbedaan terhadap istilah-istilah kekerabatan itulah morgan mencoba meneliti perbedaan untuk dijadikan sebuah teori baru. Moran juga mencoba melukiska proses evolusi masyarakat dan kebudayaan manuasia kedalam 8 bagian yaitu zaman liar tua, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar madya, zaman bar-bar muda, zaman peradaban purba, zaman peradaban masa kini.
E.B. Tylor dengan teori evolusi religinya melakukan peneltian sendiri dengan mengambil sendiri sebagai pokok unsur-unsur kebudayaan yang ada menghasilkan sebuah karya yang penting yang dalam karyanya pula E.B. Tylor mengajukan teorinya tentag asal mula religi, yang berbunyi : asal mula relilgi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadara akan hal itu disebutkan oleh 2 hal yaitu :perbedaan yang tampak pada manusia anyara hal-hal yang hidup dengan yang mati dan adanya peristiwa mimpi.sifat abstrak dari jiwa itu yang menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsun, lepas dari tubuh jasmaninya, jiwa itu masih tersangkut dan hanya dapat meningglkan tubuh diwaktu tidur atau pingsan namun masih adanya hubungan jiwa dengan jasmani kecuali jika manusia mati jiwanyalepas, dan terlepaslah hubungannya dengan jasmani.
Jiwa yang terlepas dari jasmani itulah yang oleh E.B. Tylor disebut soul, atau jiwa yang mendiami tempat disekeliling manusia yang bertubuh halus yang tidak dapat tertangkap oleh panca indra yang oleh manusia dihormati melalui sajian,doa atau korban yang olek E.B. Tylor disebut animism.
Teori Frezer mengenai asal mula ilmu ghaib dan religi yaitu bahwa manusia memecahkan soal-soal hidupnya engan akal dan sistim pengetahuan, tetapi akal dan ilmu pengetahuan itu ada batasnya makin terbelakang kebudayaan manusia makin  sempit lingkaran batas akhirnya, masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan akal dapat dilakukan dengan magic, ilmu ghaib menurutnya magic adalah semua tindakan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang ada dalam ilmu alam.mulanya hanya untuk memecahkan suatu masalah namun dewasa dianggap tidak ada gunanya lalu lambat laun frezer mencaribahwa alam didiami makhluk halus kemudian frezer mencari hubungan dengan makhluk halus dengan demikian timbullh religi.
Menghilngnya teori-teori evolusi kebudayaan dimulai dari akhir abad 19 yang dari berbagai pihak mengecam tata cara berpikir para sarjana penganut evolusi kebudayaan banyak para ahli antropologi melakkan aktivitas penelitian dengan pengumpulan bahan yang baru melalui penggalian prihistori, lalu mulai nampak bhwa pengamut teori-teiri evolusi hanya sebatas konstrusi-konstruksi pikiran saja yang tidak sesuai dengan kenyataan dan lama kelamaan tidak teori-teori evolusi tidak dapat bertahn lagi.


TEORI-TEORI MENGENAI AZAS RELIGI

Religi dan upacara-upacara religi merupakan unsur yang banyak mendapat perhatian para pengarang etnografi dan banyak daripadanya diskripsi-deskripsi yang terdapat dalam etnografi tentang reliji, masyarakat suku-suku bangsa yang banyak dideskrisikan etnografi yaitu kebudayaan yang sederhana atau primitif  yang bersifat kono maka usaha dalam manganalisa kebudayaan dan masyarakat tersebut di anggap sebagai usaha mencari azas-azas religi kuno dan usaha memecahkan masalah asal mula religi.dengan itu banyak teori lain tentang azas dan asal mula religi yang telah dikembangkan maka dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : teori-teori yang dalam pendekatanya berorentiasi pada keyakinan, teori-teori yang dalam pendekatanya berorientasi pada sikap manusia terhadap alam ghaib atau hal yang ghaib dan teori yang dalam pendekatanya berorientasi kepada upacara religi.
Berbagai gagasan serta hipotesa tentang maslah azas asal mula religi bermunculan dan menunjukan betapa komplex dan begtu amat sulitnya menerangkan secara universal dengan hopotesa yang ada. Dan kerangka komponen dari reliji ini hanya berguna sebagai kerangka intelektual untuk mempermudah analisis gejala religi dalam masyarakat manusia secara antropologi.


KELOMPOK L’ANNEE SOCIOLOGIQUE

Ketika teori-teori volusi kebudayaan mulai kehilangan pengaruhnya di negara-negara besar, lalu muncul majalh mengenai ilmu sosiologi berjudul L’annee Sociologique yang di asuk oleh suatu kelompok ahli-ahli peneliti masyarakat di bawah pimpinan ahli sosiologi dalam arti yang pertama maupun ahli sosiologi etnografik E. Durkheim dan para anggotanya
konsep fakta sosial, landasan dari seluruh cara berfikir E. Durkheim mengenai masyarakat adalah pandangan suatu masyarakat yang hidup, yang mana terdapat suatu interaksi yang mana menghasilkan gejala atau fakta individual.dimana pada hal ini sudah ada diluar individu yang menjadi warga masyarakat.fakta sosial lepas dari dakta individu. Diman fakta sosial itu memaksa para individu untuk berfikir menurut garis-garis dan bertindak melalui cara tertentu.fakta-fakta sosial mula-mula berasal dari cara berfikir adn bertindak oleh sorang individu, fakta-fakta inndividulah inilah yang terkumpul menjadi fakta-fakta sosial yang menuntut para individu untuk bertingkah sesuai pala fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial harus dipelajari secara obyektif hal itu bertujuan agar seorang ahli sosiologi menganggap gejela-gejala sosial itu sebagi kejadian-kejadian yang kongret agar dapat bekerja sepertiilmuan lain,.
Dengan menggunkan metodologi mengobservasi, mengumpukan fakta, menganalisa, mengklasifikasi menginteprestasikan fakta-fakta sosial.dan meninggalkan interprestasi yang abstrak, dengan metodologi sendiri yang baru maka ilmu tentang fakta-fakta sosial itu patut berdiri sendiri sebagai almu tersendiri yaitu sosiologi.
Represenations individuelles adalah gagasan milik sseorang individu yang berbeda dari gagasan milik seorang individu lain, naik satu tingkat dari gagasan individu tersebut menjadi konsep  gagasan kolektif.yang mana gagasan invidu itu hidup dalam sebuah masyarakat dan tergabung menjadi komplek menjadi gagasan kolektif, gagasan yang kolektif ini dianggap diatas para individu karena mempunyai kekuatan untuk mengatur perilaku dan menjadi pedomanan warga masyarakat.
Durkheim juga menganalisa azas-azas religi, dimana ia menggunakan baha-bahan dari etnogrfi dari masyarakat dan kebudayaan eropa, dalam bukunya durkheim melakukan tiga hal  yaitu : menganalisa religi yang di kenal sebagai wujud religidalam masyarakat yang paling bersahja,meneliti sumber-sumber azasi dariunsur-unsur tadi yang bersahaja, membuat generalisasi ke religi-religi lain mengenai funsi azas dari reliji dalam masyrakat. Dalam bukunya durkheim banyak menentang konsep religi yang dipakai oleh para ilmuan konsep religi lainya, hal ini ditunjukan melalui karyanya  yang   berlawanan.
Menurut durkheim definisi kerja menurut durkheim berbunyi “ suatu religi adalah suatu sistim berkaitan dari keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat artinya yang terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan upacra yang berorientasi kepada suatu komunitas moral, yang disebut umat....”  
Dalam kesimpulanya pada akhir karanganya, durkheim menyatakan bahwa dalam suatu sistim religi didunia ada suatu hal yang ada diluarnya, suatu hal ini foro externo dalam arti bahwa hal itu akan tetap ada dalam sistim religi, lepas dari wujud, isi, atau materinya yaitu kebutuhan azasi dlam tiap masyarakat yang mengikuti sistim religi tadi untuk mengintensipkan kembali kesadaan kolektifnya dengan upacara-upacara yang keramat.
Marcel mauss merupakan sala satu anggota kelompok studi I’annee sociologique yang dalam karanganya membahas tentang konsep tentang intensifikasi integrasi sosial karanganya dimulai dengan suatu uraian geografi-ekologikal mengenai lingkungan alam kutub dari daerah pemukiman eskimo. Mauss dan mahasiswanya telah menggambarkan dua morfologi sosial dari masyarakat eskimo yaitu morfologi musim panas dan morfologi musim dingin
Dalam musim panas masyarkat eskimo brpencar, keluarga inti pergi berburu kewilayah yang saling berjauhan letaknya, sedang pada musim dingin keluarga inti satu kelompok tadi berkumpul kembali di pemukiman induk dan menjadi keluarga luas yang tinggal di rumah-rumah besar dengan kayu yang didalamnya sering digunakan untuk upacar keagamaan oleh para kelompok tadi. Menurut bukunya mauss mengatakan bahwa solidaritas sosial dari suatu masyarakat dapat kendor dan menjadi intensif lagi menurut musim, mak salah sau kekuatan penting untuk mengintensifka kembali solidaritas sosial adalah sentimen keagamaan, yang di intensifkan lagi oleh upacara keagamaan.


TEORI-TEORI DIFUSI KEBUDAYAAN

Berawal dari para sarjana yang tertarik dengan unsur-unsur kebudayaan yang sama dari berbagai tempat, mereka berfikir bahwa gejal persamaan itu disebabkan karena adanya tingkatan-tingkata pada proseas evolusi di bumi ini.tidak halnya para pemikir ilmu antropologi menegaskan bahwa terjadinya persamaan tersebut disebabkan karena adanya persebaran atau difusi kebudayaan dari persamaan tersebut.
Dalam perjalannya seorang  sarjana yang ahli dalam ilmu hayat yang merangkap ilmu bumi, menemukan persamaan bentuk busur-busur di afrika dan berupa unsur-unsur kebudayaan seperti rumah, pakaian, topeng dll, sarjana  bernama F. Ratzel ini berkesimpulan bahwa adanya persamaan tersebut di akibatkan adanya indikasi ditempat tersebut sebelumnya terdapat adanya suatu hubungan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan itu pangkalnya satu kemudian berkembang, menyebar dan pecah menjadi beberapa kebudayaan baru yang sehingga dalam perjalanan manusia, kebudayaan tersebut terus akan saling mempengaruhi, etnologi disini berperan untuk mengkaji kembali sejarah persebaran kebudayaan, perpindahan bangsa-bangsa dan proses pengaruh-mempengaruhi,lalu muncul sarjana dari jerman yang mula-mula adalah konservator musium tertarik  untuk mengumpulkan benda-benda kebudayaan dengan mengklasifikaskan benda-benda tersebut berdasarkan tempat asalnya, dan iapun mencoba untuk mengklasifikasikan berdasarkan persamaan dari unsur-unsur tersebut yang didapat dari sekumpulan tempat dimana ditemukan benda-benda yang sama sifatnya.
Kemudian muncul tokoh schmidt yang pada karirnya sebagai guru besar di perguruan tinggi tertarik dengan ilmu antropologi, dalam hal ini schmidt merupakan tokoh yang telah mengembangkan lebih lanjut metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan didunia kedalam kultur kreise. Yang bertujuan untuk mendapat meliat sejarah persebaran atau perkembangan kebudayaan dimuka bumi ini.
Banyak ilmuan yang bukan dari antropologi sendiri yang tertarik akan kajian ilmu antropologi sebutlah tokoh yang ini yang bernama W.H.R Rivers yang dari psikologi ikut langsung dalam anggota cambridge torres straits ekspedition yang mana ekspedisi ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan ilmu antropologi, dalam ekspedisi ini meneliti tentang hubungan antara kebudayan-kebudayaan suku-suku bangsa yang mendiami daerah torres, yaitu irian selatan dan australia utara.dalam ekspedisinya beliau berhasil mengembangkan suatu metode wawancara baru yang dapat menghasilkan banyak bahan, metode ini yang pada dewasa kali ini dikenal oleh para antropolog didunia sebagai metode pokok penelitian antroplogi yang berdasarkan Fel Work. Cara kerja metode ini yaitu seorang peneliti menggali informasi dari para informan yang di teliti yang sehingga mendapatkan beberapa bahan keterangan dengan menggunakan wawancara,beliau mengalami bahwa banyak bahan keterangan dapat dianalisa dengan daftar-daftar asal usul atau geneologi yang diperoleh dari para informan tersebut, dengan demikian seorang peneliti harus mengumpulkan sebanyak mungkin daftar asal-usul individu dalam masyarakat obyek penelitian itu,  dengan mengajukan pertanyaan mengenai kaum kerabat dan nenenk moyang para individu itu sebagi pangkal yang dapat dikembangkan dengan wawancara yang luas dengan pertanyaan yang kongkret. Yang sekarang dikenal dengan metode geneologi yang merupakan alat utama bagi peneliti antropologi yang akan melakukan Field Work.
Di Inggris pula banyak tokoh antropologi yang melakukan berbagai penelitian yang dikelaskan dalam golongan penelitian di fusi unsur-unsur kebudayaan salah satu dari padanya bernama G Elliot smitt dan perry. Kedua tokoh ini mengajukan teori yang aneh yati bahwa pada zamanpurbakala pernah terjadi peristiwa di fusi yang berpangkal di mesir  yang kemudian bergerak kedaerah timur teori ini yang sering disebut heliolithic karena menurutnya kebudayaan mesir kuno tersebar didaerah yang luas yang ditandai banyak bangunan yang identik dengan bangsa mesir. Tidak heranpandangan yang mesir sentris karena pada zaman perang dunia 1 bangsa Eropa kagum akan mesir yang kemudian meneliti tentang otak-otak mumi-mumi mesir  itu. Dari penelitian itu beliau mengemukakan bahwa adanya persamaan dengan unsur-unsur dalam kebudayaan besar lain ditempat-tempat lain, karena kakagumanya tersebut maka beliau mengeluarkan pendapat bahwa unsur-unsur yang tersebar luas di berbagai tempat didunia itu tadi tentulah berasal dari mesir yang kemudian muncul teori Heliolitik.jyang mencoba mencari dengan teliti jalan-jalan difusi kebudayaan heliolitik unsur kebudayaan yang tersangkut dalam persebaran mesir, namun hal ini banyakmendapat kecaman daari para tkoh antropologi di amerika bahwa dianggap teori heolitik merupaan teori difusi yang exstrim yang dianggap tidak esuai kenyatan baik dari penelitianmaupun penggalian prehistori, teori holiolitik ini yang pada sekarang ini hanya bisa menjadi wawasan bahwa teori ini mencoba menerangkan gejala persamaan unsur-unsur kebudayaan di berbagai tempat didunia.


PERMULAAN PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI Di AMERIKA SERIKAT

 Banyak para tokoh-tokoh  antropologi yang lahir di negara amerika serikat ini, beberapa darinya merupakan guru besar antropologi dalam perkembanganya.. salah satu tokoh yang memberikan sumbang sih yang begitu besar terhadap corak  ilmu antropologi yaitu Franz Boans pendekr antropologi ini adalah seorang ahli geografi, dalam mengawali karirnya di dunia antropologi beliau memulaiya dengan melakukan ekspedisi tungglnya ke daerah suku-suku bangsa di eskimo, dalam ekspedisinya pendekar antropologi ini banyak mendapat bahan-bahan etnografi yang dikumpulkanya yang kemudian banyak menghasilkan karya-karya besar daam tulisanya, beliau yang menjabat sebagai asisten disalah satu musium yang berada di berlin yang sekaligus menjabat sebagai dosen dissuatu perguruan tinggi dalam mata kuliah ilmu bumi namun jabatanya sebagai asisten musium mengakibatkan dirinya condong kedalam ilmu antropologi, beberapa eksedisinyapun merambah kebeberapa negara seperti suku-skuku bangsa indian belakula dipantai barat kanada yang dalam ekspedisinya kali inipun mendapati berbagai bahan etnografi tentang suku-suku bangsa dan cri-ciri fisik, dari perpindahan negara asalnya sampai akhirnyapun beliau mendapat kesempatanuntuk menjadi dosen diuniversitas Colombia yang kemudian diangkat menjadi guru besar. Ekspedisinya yang sangat terkenal dalam sejarah ilmu antropologi yaitu jessup North Pacific Expedition yang penrhatianya pun banyak terpusat kepada penelitian bahasa-bahasa suku-suku bangsa di indian di Ameika yang dari iu memunculkan karya-karya besar sebagai klimkas atas penelitianya di indian.
Tuturnya syarat utama bagi tiap ahli antropologi yang pandanganya didapat saat franz berdiri ditengah para sarjana antropologi adalah dimana terdapat adanya perbedaan antara pencatat dengan pengumpul bahan, etnografi atau kata lalin yakni juru catat dan etnologi yag mahir dalam teori-teori mengenai masyarkat, keduanya diharapkan mempunyai pengetahuan yang sederajat dengan ini perbedaanantara etnografi dan etnologi akan hilang.
Dalam perjalananya beliaupun mengatkan bahwa difusi kebudayaan harus dilkukan terhadap suatu daerah yang terbatas teori ini berlawanan dengan dari teori para ahli kulturhistori yang meneliti terhadap daerah yang luas, dan serang peneliti harusmengetahui secar terperibci bagaiman kebudayan itu dapat diterima maupun ditolak, salah satu unsur kebudayaan yang penting berasal dari dongeng dan membuat transkripsi fonetik yang setepet mungkin dan ditekankan bahwa dalam peneliianya peneliti juga harus mencatat texs-texs dongeng, konsep franz yang dilanjutkan oleh para ahlinya yang sangat penting dalam ilmu antropologi yaitu bahwa timbulnya kebudayaan baru mengakibatkan terdesaknya unsur-unsur lama kedaerah pinggiran,maka ketika hendak meneliti kebudayaan kuno carilah ditempat-tempat pinggiran, konsepsi beliau yang begitu berpengaru terhadap suatu ilmu antropologi pula yang sampai sekarang diikuti di universitas di Anerika yaitu ilmu tentang manusia dan kebudayaanya ynag secara kongret seperti ilmu paleo-antropologi,antrpologi fisik, prihistori etnolinguistik dan ilmu antropologu budaya yang merupakan suatu sub-sub ilmiu gabungan yang namanya Antroplogi, beliau tidak hanya banyak menghasilkan karya-karya yang besar saja dalam karya-karyanya bukunya franz pendekar antropologipun juga banyak menghasilkan beberapa tokoh antropologi yang besar pula.
Tokoh antropologi yang lain yang juga mempunyai sumbangan terhadap perkembangan ilmu antropologi yang berasal dari ahli musium dari psikologi yaitu wissler yang meskipun bukan murid franz namun banyak mengadopsi kensep-konsep dari franz, konsep yang paling menonjol dari padanya yaitu  culture area, hal itu adalah pembagian dari kebudayan indian di America kedalam daerah-daerah yang merupakan kesatuan mengenai corak kebudayaan didalamnya. Dengan demikian timbul konsep culture area yang dikembangkan karena kebutuhan wissler untuk mengklasifikasikan benda-benda dari kebudayaan yang berpencar di india untuk digolongkan tertentu guna pameran. Mengadopsi konsep franz tentang culture area yang menggolongkan kebudayaan menurut letak geografis hal ini sebenarnya konsep culture area dengan etnologi banyak persamaan, namun dalam hal ini wisslerlah yang mempopulerkan konsep culture area tersebut. Satu culture area menggolonkan berpuluh-puluh kebudayaan yang diklasifikasikan atas adanya persamaan yang mencolok  dari masing-masing kebudayaan. Ciri-ciri persamaan tersebut bukan dilihat dari bentuk unsur-unsur kebudayaan namun juga melalui unsur-unsur yang lebh abstrak.
Berbeda dengan wissler yang bakan hasil dari cetakan franz boas kali ini murid dari   franz boas A.L Kroeber ahli antropologi yang dalam tugasnya banyak mengadopsi kosep dari gurunya kroeber yang juga dikenal sebagai pendiri jurusan antropologi universitas di Colombia. Kroeber ini dalam karyanya meneliti tentang indian merupakan lanjkutan dari kosepsi dari gurununya taitu meneliti bahasa-bahasa di indian, dengan mengadopsi konsep dari gurunya Kroeber juga menekankan observasi partisipasi dalam jangka waktu yang lama,untuk menghasilkan pemahaman yang detail tentang bahasa yang di teliti.banyak konsep yang dikerjakan kroeber melanjutkan dari gurunya dan dikembangkan untuk menyempurnakan hasil dari wissler pula yang meneliti tentang indian.kroeber juga berusaha mengumpulkan beberapa definisi kebudayaan yang banyak ditulis oleh para tokoh-tokoh ahli antroplogi yang kemudian dikaji dan dijadikan dalam bentuk karyka bukunya. Dlam rangka pemikirannya pun kroeber bersama ahli sosiologi talcott parsons mengajukan konsep yang penting hyitu dalam menganalisa kebudayaan seorang peneliti harus memisahkan dengan tajam kebudayaan sebagai suatu ade atau gagasan hidup dalam suatu masyarakat dari kebudayaan sebagai sistim tingkah laku pemisahan antara culture syistim dengan socian syistem.
Ikut berperan pula Lowie dalam perkembanganya dalam ilmu antropologi beliau juaga merupakan murid dati bous yang sama meneliti di daerah indian Amerika Utara banyk karyanya didukung oleh bahan etnografi dari Crow, lowie merupakan tokoh yang mengecam  banyak karangan dan buku para ahli antropoogi atau ilmu-ilmu sosial yang mengandung gagasan mengenai suatu proses evaluasi kebudayaan atau unsur-unsurnya. Karya-karyanya yangmengadopsi dari gurunya boas mengenai penelitian difusi dari komplex-komplex yang terjalin, dari unsur-unsur kebudayaan didaerah yang terbatas. Dan beliau berhasil mengintegrasikan bahan etnografi yang menghasilkan dua buah karya bukunya yang sampai sekarang dianggap karangan yang sangat penting yaitu bukunya uang berjudul primitive sosiety dan primitive relagion.
Tokoh lowie jga merupakan tokoh antropologi yang mengalihkan perhatianya dari kebudayaan indian ke kebudayaan jerman, bermula dari adanya penelitian kepribadian umum bangsa-bangsa yang pada mulanya bertujuan untuk mengetahui pengetahuan umum bangsa Eropa, ilmu antropologi yang sebelumnya meneliti kebudayaan diliuar kebudayaan Era Amerika sekarang mulai dipergunakan untuk meneliti bangsa-bangsa Ero Amerika itu sendiri.
Dari beberapa konsep poara ahli ilmu antropologi di Amerika pada masanya mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama akan penelitianya akan bangsa-bangsa Indian Amerika sampai dalam perkembanganya disebut “ masa keemasan dari ilmu antropologi “ yang pada dewasa ini pun sering disebut sebagai Mahzab Amerika.
 

ILMU ANTROPOLOGI DIBEBERAPA NEGARA KOMUNIS

Kajian tentang ilmu antropologi banyak dilakukan di berbagai daerah dibelahan dunia. Khususnya dinegara komunis. Negara yang termasuk didalamnya antara lain uni soviet, yugoslavia, rumania, dan Republik Rakyat cina. Negara-negara tersebut dalam mengkaji ilmu antropologi mempunyai karakteristik masing-masing .Seperti di Uni Sofiet, yang mengambil ajaran dari marxisme sebagai dasar pemikiranya yang dinyatakan secara resmi dengan suatu resolusi hasil komperensi para ahi ilmu antropologi. Unsurnya yang penting dari marxisme yaitu teori-teori Evolusionisme, degan teori evolusi sebagai azaz dan cara berfikir, ilmu antropologi budaya di Uni Soviet manjadi suatu ilmu untuk menambah pengertian tentang tingkat-tingkat perkembangan dan evolusi masyarakat yang terdorong oleh arus sejarah yang mutlak dengna demikian ilmu antropologi disana merupakan bagian dari ilmu sejarah dalam arti umum yang mempelajari manusia kuno dengan manganalisa aneka ragam bentiuk kebudayaan dan masyarakat bangsa-bangsa diluar Eropa secara kompratif. Aktifitas penelitian di Uni soviet nampak terliat mengkaji tentang masyarakat purba terutama mengenai bentuk keluarga dan sistim kekerabatan pada masa itu.
Pengumpulan bahan etnografi dan etnolinguistik dilakukan sebagai proyek pemerintah dalan memahami akan suku-suku bangsa di uni soviet yang juga merupakan kepentingan praktis untuk mempersatukan bangsa-bangsa tersebut, namun adapula ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan murni penelitian yang biasanya diorganisasikan oleh lembaga-lembaga antropologi seiring dengan terus berkembangnya penelitian tentang  masyarakat purba  mengalami pengertian yang luas dengan bertambahnya penemuan bahan etnografi tersebut mengakibatkan adanya pertentangan antara rangka abstrak dari tingkat-tingkat evolusi dengan kenyataan yang ditunjukan oleh fakta-fakta kongkret.daerah yang mendapat pehatian pertama di Uni Soviet tentu saja wilayah Uni Soviet itu sendiri yang mana terdapat banyak suku bangsa, penelitian oleh para hli antropologi di Uni societpun mulai merambah ke wilayah seputar Asia Tenggara, namun perbedaanya jika pengetahuan para ahli Uni soviet mengenai kebudayaan penduduk wilayahnya sendiri bersifatpengetauan primer yaitu hasil penelitian dlapangan mereka sendiri sebaliknya bangsa-bangsa diluar Uni Soviet pengetahuan akan kebudayaannya bersifat sekunder yaitu yang didapatnya dari hasil penelitian dari buku-buku etnografi yang ditulis oleh ahli-ahli lain.  
Di Yugoslavia, kajian ilmu antropologi berbeda dengan Amerika serikat. Dimana ilmu iu terdiri dari sub-sub ilmu yang terintegrasi erat. Di Yugoslavia ada ilmu Etnografski. Etnografski merupakan ilmu yang menyerupai ilmu antroplogi budaya yang ada di Yugoslavia yang mana ilmu ini lepas dari ilmu archeologi yang berarti ilmu arkeologi ilmu Etnografski di Yugoslavia diajarkan di fakultas sastra atau difakultas ilmu sosial atau berkaitan dengan urusan musium. Penelitian antropologi fisik yang bersifat paleo antropologi diyugoslavia dipandang penting karena pada negara ini ditemikan fosil tipe Neadertal yang penting yaitu fosil Krapia.adapun ilmu antropologi dalam arti ilmu etnologi mempunyai corak yang sangat menarik di Yugoslavia, wilayah perhatianya terbatas kepada kebudayaan berbagai suku bangsa penduduk Yugoslavia sendiri terutama ditingkat pedesaan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana perkembangan dari ilmu tersebut? Kalau memang itu berkaitan dengan ilmu antropologi, kenapa di negara lain, seperti negara kita tidak diajarkan? Apakah ilmu ini bersifat tertutup?.
Di Rumania, ilmu-ilmu antropologi berkembag dengan baik. Ilmu antropologi dinegara ini dapat dibagi menjadi dua disiplin atau dua bidang, yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Kedua bidang ii sama-sama memiliki titik kaji masing-masing yang jelas berbeda. Sejumlah penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli antropologi di negara ini memberikan sumbangsih yang amat besar terhadap laju perkembangan ilmu antropologi, baik antropologi fisik maupun kebudayaan. Namun, karena objek kajian dari kedua ilmu ini berbeda, maka hasil yang didapatkanpun berbeda-beda. Selain itu, disisi lain, para ahli antropologi di Rumania ternyata membagi dan membedakan antara antropologi manusia sekarang dan antropologi manusia dahulu..
Sesungguhnya saya kurang sepakat dengan statment tersebut, bahwa ada penggolongan-penggolongan yang dilakukan oleh para ahli ilmu antropologi dari Rumania tadi. Menurut saya, ilmu antropologi adalah ilmu yang bersifat holistk-integratif, yang mengkaji secara kseluruhan hidup manusia, secara fisisk  beserta kebudayaanya dan tersusun secara sistematis. Maka dari itu, perlu dianalisis kembali dan di kritisi lebih lanjut terhadap pandangan dari para ahli antrpologi dari Rumania tadi.
Di republik Rakyat Cina (RRC), berbeda dengan di rumania, ilmu antropologi belum berkembang degan pesat. Masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dihadapai oleh ilmu ini. Salah satunya adalah karena dominasi ilmu kesusasteraan cina dan ilmu bahasa atau Sinologi, yang terutama mengkhususkan perhatian kepada kebudayaan penduduk dominan dan masih menggunakan metode-metode yang kuno, seperti metode  filologi. Namun, seiring ddengan perkembangan zaman dan teknologi, semakin berkembangpulailmu antropologi di Cina ini. Banyak penelitian-penelitian antropologi yang dilakukan oleh para ahli. Selain itu, berkembang pula kajian antropologi yang bergerak diberbagai bidang, seperti paleoantropologi, prehistori, dan antropologi budaya. Namun, dalam perjalanan masing-masing, banyak pula kendala-kendala yang dihadapi oleh para peneliti. Kendala ini salah satunya adalah otoriteritas pemerintah yang sangat dominan. Maka dari itu, jika dlihat dari sisi keilmuan, bahwa ternyata dalam suatu negara, perkembangan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi kehidupan masyarakatnya.

TEORI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL

Teori fungsional, untuk pertama kali ditemukan oleh seorang tokoh antropologi dari Polandia, yaitu Bronislaw Malinowaski. Dia, sebelum pertama kali mengemukakan teori fungsional, berangkat dari suatu penelitian yang dilakukannya di suatu pulau terpencil pada saat perang Dunia pertama. Pulau tersebut bernama Pulau Trobiand. Suatu pulau yanng terletak di sebelah tenggara papua Nugini. Dia tinggal di antara penduduk asli di Trobiand sambil mengamati cara hidup mereka. Dia berusaha mengkaji masyarakat tersebut dengan menggunakan penelitian secara terlibat, yang sekarang ini terkenal dengan pendekatan participant (participant observer). Malinowsky mengajukan suatu orientasi dasar yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan mempunyai manfaat bagi masyarakat  di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Jadi, menurut pandangan malinowski tentang kebudayaan, semua unsur-unsur kebudayaan akhirnya dapat dipandang sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar pada warga masyarakat.
Namun, teori yang dikemukakan oleh malinowski ini ternyata memilki kelemahan, yaitu teori ini tidak dapat memberi penjelasan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan manusia.
Selanjutnya, seperti Malinowsky, Arthur Reginald Redcliffe-brown (1881-1955), seorang ahli lain dalam antropoloi sosial mendasarkan teorinya mengenai perilaku manusia pada konsep fungsionalisme. Tapi berlainan dengan malinowski, redcliffe-Brown merasa bahwa berbagai aspek  perilaku sosial bukanlah berkembang untuk memuaskan kebutuhan individual, tetapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial masyarakat adalah seluruh jaringan dari seluruh hubungan-hubungan yang ada. R. Brown, sebelum mengemukakan teori ini, didasarkan atas penelitian-penelitian yang dilakukannyan di berbagai daerah. Hasil penelitiannya tersebut dicantumkan dalam bentuk etnografi, dan etnografinya ini berbeda dengan milik malinowski tentang penduduk trobiand. Etnografi malinowski cenderung lebih kuat dibandingkan dengan miliknya, karea ia tidak melakukan pendekatan penelitian yang sama dengan yang pernah dilakukan oleh malinowski. Namun demikian,  dia sudah banyak memberika buah pemikirannya kepada khalayak banyak. Seperti pendangannya tentang hukum,  metodologi ilmu alam dan untuk ilmu sosial, dan konsep mengenai struktur sosial. Yang ketiga, ahli fungsionalisme struktural Arthur Maurice Hocart memberikan sumbangan pemikirannya. Ia memberikan suatu hipotesa mengenai fungsi upacara dan Raja. Ketiga ahli tersebut pada kalangannya memang sangat terkenal dan meberikan banyak sumbangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, setelah mereka meninggal, para anak didik mereka, khususnya dari malinowski dan Brown, mengungkapkan hal yang menarik, yaitu mesyarakat dan kebudayaan yang menjadi objek penelitiannya sebagai satu kesatuan holistik yang terdiri dari pranata-pranata yang masing-masing terjalin erat.
Teori struktural para ahli antropologi belanda merupakan suatu wujud perkembangan dari teori fungsional. Teori ini pada awalnya berkembang di Belanda. Tokoh –tokoh yang bergerak dibidang teori ini kebanyakan masih murid dari Redclife-Brown. Seperti W.H. Rassers, Van Ossenbrugen. Namun ada juga yang lain, seperti De Joselin De Jong.


TEORI-TEORI STRUKTURAL LEVI-STRAUSS

Dalam perjalanan karirnya Levi-strauss diminta untuk menjadi gubernur sosiologi diUniversitas Sao Paolo di Brasil belaipun memulai prjalanyan ke daerah kedalaman sungai Amazone untuk mengunjungi beberapa suku indian dalam bercocok tanam di ladang hutan tropik dalam  perjalananya tersebut bersifat penelitian yang kemudian menghasilkan buku karyanya yang menjadi karya etnorafinya yang pertama. Namun pada perang dunia kedua akibat tentara Nazi menduduki perancis beliau keluar dari negaranya yang kemudian bertemu dan bergaul dengan para candikiawan  Amerika Eropayang dlam pergaulanya ini Levi-Strauss mengasilkan beberap gagsan mengenai analisis kebudayaan dalam hubunganya dengan alam dan menyebabkan berkembangnya suatu konsep analisa antropologi menurut model ilmu linguistik. Sesudah perang dunia ke ll beliau pulang ke prancis dan dingkat oleh pemerintah Prancis menjadi atase kebudayaan di Wasington.dan beliau pun kembali kedunia universitas ketika iapun diangkat menjadi direktur urusan ilmiah di universitas di Paris. dan pada akhirnyapun Levi-strauss mendapat anugrah mendali emas untuk jasanya memejukan ilmu-ilmu sosial di perancis.
Dalam teori strukturalismenya, ia mengungkapkan bahwa kenyataan yang sesungguhnya, bukanlah yang nampak oleh mata, tetapi kenyataan yang sesungguhnya adalah ang berada dibelakang atau dibalik yang nampak tadi. Dalam strukturalisme, fakta sosial berada diatas fakta individu. Levi-Strauss, juga memiliki pandangan terhadap kebudayaan yaitu kebudayaan dianggap sesuatu yang berada pada ketidaksadaran manusia. Adapun kajian levi Strauss lebih dalam lagi adalah mencakup tiga hal, yaitu bahasa, mitos dan kekerabatan.
Pengaruh levi-Strauss amatlah besar dalam kancah dunia keilmuan, khususnya ilmu antropologi. Karangan-karangan dan buku-buku yang ditulisnya disebar luaskan ke daerah-daerah sesuai dengan bahasa masing-masing. Oleh karena itu, banyak kita temui karangan dan buku Levi-Strauss yang beranekaragam bahasa. Termasuk dalam bahasa indonesia. Kemudian, merujuk pada satu hal lain akan struktur sosial, bahwa kalau para sarjana ada yang beranggapan bahwa sturktur sosial sebagai suatu perumusan dari jaringan hubungan interaksi antar manusia dalam kehidupan masyarakat, yang mereka dapat karena abstraksi induktif dari data yang nyata, bagi Levi Strauss keadaanya boleh dikatakan merupakan sebaliknya. Baginya, struktur (terutama dalam analisis mitologi) adalah beberapa konsep cara berpikir akal manusia yang dianggapnya elementer dan yang karena itu bersifat universal. Dengan struktur itu, seorang peneliti dapat memahami secara deduktif data mengenai interaksi manusia dalam kenyataan kehidupan masyarakat.
Strukturalisme Levi-Stauss memang memiliki pengaruh di sejumlah negara, seperti negara Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bentuk aplikasi dari teori ini? Melihat kondisi lingkungan sosial-budaya disuatu daerah itu berbeda satu sama lain. Melihat bahwa Levi Staruss adalah orang Prancis, dan bagaimana jika diterapkan dinegara indonesia?. Apakah teori itu dapat relevan dengan kondisi riil masyarakat indonesia?.
Oleh karena itu, dikarenakan kurang sekali pemahaman saya akan teori-teori antropologi yang terangkum dalam tulisan ini, bahkan sama sekali, maka perlu adanya bantuan dari berbagai pihak. Saya merasa masih awam dalam berteori. Apalagi sampai pengaplikasiannya. Sekian dan terimakasih.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukan apapun pastinya suara anda akan sangat dihargai... Tanxs