Rabu, September 21

Contoh Laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Unnes Semarang

 



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Universitas Negeri Semarang merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri yang mempunyai jurusan pendidikan dan nonpendidikan, dimana jurusan kependidikan luarannya yaitu berupa calon pendidik atau guru. Untuk itu, dalam menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional seorang calon pendidik diharuskan menempuh berbagai macam mata kuliah seperti Perencanaan Pengajaran, Strategi Belajar Mengajar, Evaluasi Pendidikan, Microteaching serta yang paling penting adalah PPL. PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) yaitu semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester-semester sebelumnya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan agar mereka memperoleh pengalaman dan keterampilan lapangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah atau tempat latihan lainnya. PPL ini meliputi : praktik mengajar, praktik administrasi, praktik bimbingan dan konseling serta kegiatan yang bersifat kokurikuler dan atau ekstra kurikuler yang berlaku disekolah atau tempat latihan.

Materi Sosiologi SMA kelas XI "KONFLIK SOSIAL DALAM MASYARAKAT"



  1. Pengertian
Kata konflik berasal dari bahasa latin yaitu confiragere yang artinya saling memukul. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai konflik, diantaranya sebagai berikut.
1.      Menurut Berstein (1965)
Konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik mempunnyai potensi yang memberi pengaruh positif dan ada pula yang memberi pengaruh negatif di dalam interaksi manusia.

Kamis, September 15

Artikel : BUDAYA POLITIK



A. PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya.
Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lai-lain.
Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang me­merintah.
Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.

Resume Teori Antropologi 2 (Koentjaraningrat)


NO
TEORI
RINGKASAN MATERI
1
Etos Kebudayaan
- Tokoh adalah; Ruth benedict

- Pola-pola dari tipikal masyarakat (pattern of cultire)

- Adanya watak khas dari budaya;

a. Kebudayaan zuni
Ciri : - Berkepribadian selaras dan seimbang
- Suka damai
- Bersikap ositif terhadap hidup.
- suka gotong royong.
- Berwatak appolonasi.

       b. Kebudayaan Dabu
       Ciri : -Tipikal masyarakat yang penuh curiga.
- Iri hati.
- Buruk sangka.
- Suka magis.
- Berjiwa schzophsenian.


        c. Kebudayaan kwakiutl
         Ciri : - Terlalu dinamikal dan agresif.
- Cokak
- Suka membual.
- Sering mabuk-mabukan.
- berjiwa dionisyan.
        
         - Tes bentuk kepribadian dasar dimana di  pengaruhi oleh pola pengasuhan anak.

Rabu, September 14

PELUANG BUDIDAYA ARTEMIA UNTUK MASA YANG AKAN DATANG



REMBANG - Sejak terpuruknya usaha budidaya udang windu diwilayah Utara Pantai Utara Jawa dengan kegagalan panen udang serta terjadinya krisis moneter sejak tahun 1998 diikuti makin turunnya harga ikan bandeng serta harga garam. Perekonomian petani tambak pada umumnya mengalami kelesuan.
Artemia merupakan salah satu dan harapan komoditas baru melihat peluang pasar yang sangat besar, tekhnologi budidaya yang sederhana, tahan dengan penyakit, serta prediksi keberhasilan mencapai 80-90% produk basah dan 70-80% produk kering Dengan peluang keberhasilan mencapai 80-90%. Berikut ini adalah sample laporan yang pernah saya buat waktu kuliah di Unnes Semarang 2007, dengan Lokasi di Kecamatan Rembang dan Lasem Kabupaten Rembang:

BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif.  Terlepas dari mitos tersebut, kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Implikasi dari tidak adanya prioritas kebijakan pembangunan perikanan tersebut, mengakibatkan sangat minimnya prasarana perikanan di wilayah pesisir, terjadinya abrasi wilayah pesisir dan pantai, pengrusakan ekosistim laut dan terumbuh karang, serta belum teroptimalkannya pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan.
Pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah Indonesia belum sepenuhnya dapat dioptimalkan. Hal ini dikarenakan tidak ada tindak lanjut dari pemerintah maupun masyarakat setempat, sehingga sesuatu yang sudah dimulai menjadi terbengkalai dan ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan lagi. Hal ini dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di daerah pesisir, seperti yang terjadi di kabupaten Rembang.
Daerah Rembang adalah kawasan yang secara geografis maupun sosial masyarakatnya merupakan daerah yang sangat berpotensi akan pengembangan budidaya artemia. Masyarakat disini memiliki pengertian kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka serta menganggapnya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas (Linton, 1936, 91). Suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif, oleh karena masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi berbagai kepentingan dan untuk dapat bertahan.
Kabupaten Rembang mempunyai musim kemarau yang lebih panjang dibanding dengan wilayah utara jawa tengah pada umumnya, sehingga pengembangan usaha tambak garam diharapkan dapat menghapus atau mengurangi pandangan masyarakat petani tambak garam akan kelesuan usaha dan mati surinya industri budi daya udang windu di Indonesia pada umumnya dan di daerah Rembang pada khususnya.
Luas tanbak di Kabupaen Rembang mencapai 1.337,33 Ha. Pada musim hujan tambak – tambak tesebut dipakai untuk budidaya ikan (bandeng) dan juga udang. Namun bila memasuki musim kemarau tambak-tambak tesebut beralih fungsi menjadi penghasil garam rakyat.
Agar petani tambak di daerah Rembang tidak patah arang, diharapkan pemerintah menjadi motivator, mediator, dan fasilitator harus terus memberikan semangat, bantuan sarana-prasarana serta jalan keluar baik dari segi teknis maupun non teknis.
Melihat pemeliharaan atau budidaya artemia, yang merupakan pakan udang biotic dimana dapat diterapkan melalui sistem tumpang sari, yaitu dengan memeliharanya di perairan, kolam atau tambak garam. Sehingga fungsi tambak tersebut memiliki peran ganda dan bertambah pula keuntungan yang diperoleh, selain itu pemeliharaan artemia juga terkesan mudah dan praktis. Oleh karena itu, sekiranya perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah terhadap situasi seperti ini, dengan pertimbangan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani tambak dan dampak yang ditimbulkan bagi sektor lainnya, seperti udang Vaname yang sudah menembus pasar ekspor global. Pemerintah selain menjadi motivator, mediator dan fasilitator, diharapkan juga melakukan tindak lanjut terhadap pengembangan hal tersebut, baik secara teknis maupun non teknis. Dengan kata lain, pemerintah ikut berpartisispasi dalam pemgembangan budidaya artemia dalam negeri.
Dari pemikiran diatas, perlu dipikirkan bagaimana upaya pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengadakan kerjasama sosialisasi guna memberi penyuluhan agar petani tambak khususnya di daerah Rembang mau beralih menjadi petani tambak artemia. Karena dengan kesungguhan tekad dan keahlian yang memadai, Indonesia dapat menjadi negara argo industri yang sangat maju. Apalagi potensi budidaya artemia di negara Indonesia, khususnya di daerah Rembang sangat berpotensi, dan tentunya daerah lain juga mampu mengembangkan artemia juga. Maka melalui tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang nantinya dapat menjadi perbaikan demi perkembangan kemajuan sistem ekonomi masyarakat petani tambak tradisional dan peningkatan kehidupan petani tambak di Rembang pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, menjadi lebih baik dan sejahtera.
Melihat kenyataan seperti yang telah dipaparkan diatas, maka kami akan mengkaji secara lebih mendalam pada karya tulis ini, yang kami beri judul dengan: “Budidaya Artemia Sebagai Langkah Mengembangkan Perekonomian Masyarakat Petani Tambak Garam (Studi Masyarakat Petani Tambak Garam di Kabupaten Rembang)

Minggu, September 11

Indonesia Butuh 747.898 Guru Hingga 2014

By: Riani Dwi Lestari

JAKARTA- Kebutuhan tenaga guru di Indonesia hingga 2014 diproyeksikan mencapai 747.898 orang. Kebutuhan sebanyak itu mencakup berbagai jenjang pendidikan dan mata pelajaran.

SEMARANG- Hal tersebut dikemukakan Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Syahwal Gultom, saat Seminar Nasional Profesi Pendidik yang diselenggarakan di kampus Universitas Negeri Semarang (Unnes).

"Ada pun kebutuhan tenaga pendidik pada 2008 yakni sebanyak 363.984 orang, pada 2009 sebanyak 46.036, tahun lalu sebanyak 51.175, dan pada 2011 jumlanya 56.982 orang," bebernya, seperti yang disitat dari laman Unnes, Sabtu (10/9/2011).

Seminar Krisis Finansial di Jurusan Sosiologi dan Antropologi Unnes Semarang

SEMARANG- Seminar ini diadakan saat saya menjadi Wakil Ketua Hima Jurusan Sosiologi dan Antropologi Unnes Semarang tahun 2009. Power Point ini kurang lebih menceritakan tentang sudut pandang Antropologi dalam mengupas Krisis Financial Global. Bermula dari ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju, serta ulasannya terhadap negeri kita sendiri... Indonesia.

Sabtu, September 10

Perjalanan Kurikulum Nasional (dari Kurikulum 1947-1994, KBK, sampai KTSP)



Kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting untuk maju adalah "melakukan perubahan", tentu yang kita harapkan adalah perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan Kita:
SELAYANG PANDANG
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Jumat, September 9

TEORI ANTROPOLOGI I: SUATU REVIEW


           Sebelumnya, ketika saya diberikan tugas untuk me-review buku karangan Koentjaraningrat yang berjudul “sejarah teori antropologi I”, dari bapak Trisnu, Dosen Antropologi dari Unnes Semarang, saya sempat bingung. Betapa tidak, saya harus membaca secara keseluruhan materi buku tersebut kemudian memahaminya dan selanjutnya menganalisis. Hal ini adalah sesuatu yang masih sangat baru buat saya, dan saya pun masih dalam tahap belajar. Namun, saya tetap berusaha semaksimal mungkin. Menghasilkan yang terbaik, demi peningkatan pemahaman saya, demi kemajuan pola pikir saya. Setelah dalam beberapa hari membaca buku ini, meskipun masih tersendat-sendat karena butuh pemahaman yang dalam, akhirnya saya mencoba untuk mengkajinya melalui bahasa saya sendiri, yang saya utarakan dalam bentuk tulisan.